Friday, April 22, 2016

BERSERAKANNYA MAINAN, TANDA ANAK SEHAT TAK TERBANTAHKAN

Si kecilku Naura, saat ini usianya 3 tahun 1 bulan. Di usianya ini, ia tumbuh berkembang semakin aktif dan kritis. Rasa ingin tahunya semakin besar, ia kerap bertanya padaku, “ini apa bunda?” atau “Kenapa malam itu gelap bunda?” dan sejumlah pertanyaan lainnya yang terkadang membuat otakku berputar mencari jawaban yang tepat dan bisa ia mengerti.

Banyak orang bilang, mengasuh anak perempuan tak se-ekstrim anak lelaki. Namun faktanya tidak begitu, anak laki-laki maupun perempuan pasti memiliki sisi ekstrim sendiri. Hal itu karena, yaa namanya juga anak-anak. Mereka selalu melakukan apa yang mereka suka, bahkan seringkali melakukan apa yang tidak kita duga sebelumnya. (Ekstrim disini maksudnya kewalahan)

Seperti Naura, di usianya ini ia semakin aktif bermain. Jika bermain, segudang mainannya akan ia keluarkan semua. Tak jarang, mainan itu ia lempar kesana kemari. Lalu jika sudah bosan, ia tinggal begitu saja. Alhasil, rumahpun penuh dengan lautan mainan yang mendadak membuat saya pusing melihatnya.

Ini belum seberapa, mainan yang lain terserak diatas kasur dan meja rias. hehehe


Emosi? Ingin marah? Kesal? Saya akui, Iya. Wajar dan sangat manusiawi jika memiliki perasaan seperti itu. Apalagi, saya merupakan tipe orang yang sangat menyukai kebersihan dan kerapihan. Dulu saat sebelum menikah, satu lembar kertas tissue yang terserak sudah saya anggap hal yang mengganggu pandangan mata. Sementara setelah memiliki si kecil, saya harus akrab dengan pemandangan lautan mainan yang terserak dimana-mana seisi rumah.
Lantas apa saja tips saya dalam menghadapi si kecil yang tengah aktif-aktifnya ini? Berikut adalah tipsnya :

  • 1.   Membiarkan apa yang ingin dia lakukan. 
Membiarkan adalah satu-satunya solusi dalam menghadapi tingkah polahnya. Jika ia ingin memberantakan mainannya, biarkan saja. Lagipula menurut penelitian, anak yang suka memberantakan saat bermain bisa belajar lebih baik. Hal itu akan berpengaruh pada kemampuan kognitifnya yang dapat berkembang baik saat dewasa.

  • 2.    Memarahi bukanlah solusi. Jikapun ingin melatih anak agar mencintai kerapihan, ajarkan dengan perangai yang lembut secara perlahan.


Sesungguhnya hanya itu tips-tips yang saya gunakan. Ketika saya emosi dan ingin memarahi karena tingkahnya, saya selalu ingat bahwa kelak saya akan merindukan masa-masa ini. Saya tidak ingin merusak masa kecilnya dengan bentakan-bentakan yang kelak bisa meninggalkan kesan buruk dalam benaknya. Lagipula, bukankah berantakannya mainan merupakan tanda anak sehat tak terbantahkan kan?


1 comment: