Pemilihan presiden tahun ini mungkin menjadi ajang
pesta demokrasi “paling meriah” sepanjang sejarah. Selain hanya terdapat dua
kandidat, masing-masing kandidat pun memiliki sisi kontroversial yang sangat
menarik untuk di ulas. H-7 pencoblosan suhu politik semakin tinggi. Euforia
pilpres bahkan mengalahkan dahsyatnya euphoria Piala Dunia. Semakin mendekati
hari pencoblosan berbagai negative Campaign bahkan Black Campaign dari
masing-masing kubu gencar dilancarkan. Negative Campaign mungkin masih ‘agak’
bisa di tolerir dibanding Black Campaign yang cenderung menimbulkan
fitnah. Media pun sekarang sudah tidak
lagi netral. Banyak media yang sudah memiliki keberpihakan terhadap capres
tertentu sehingga dalam pemberitaannya cenderung lebih menguntungkan capres
yang di dukung. Untuk masyarakat menengah keatas dengan kecerdasannya tentu
bisa menentukan dengan mudah manakah capres yang patut mereka pilih dengan
menyortir berita-berita yang di keluarkan dari berbagai media yang sekarang
sudah banyak yang tidak adil itu. Namun bagaimana bagi masyarakat bawah yang
hanya melihat dan mendapatkan informasi dari media televisi lewat iklan-iklan
visi misi yang di usung? Padahal televisi saja tidak cukup untuk mencari tahu profil
dan rekam jejak masing-masing capres.
Mengenai Prabowo
Pertama kali saya tahu Prabowo itu ketika beliau muncul di iklan Partai Gerindra untuk kebutuhan promosi 5 tahun silam. Tepatnya di bulan April tahun 2009. Kesan pertamaku terhadap beliau bisa dikatakan cukup negative. Kenapa? Karena saya pernah menemukan nama beliau sebagai dalang kerusuhan 98 dan penculik aktivis dalam sebuah surat kabar. Terbayang dalam benak betapa kejam dan jahatnya beliau. Tapi dibalik pemikiran tersebut, terselip sebuah pertanyaan besar dalam otak, “Mengapa orang ini masih bisa berkeliaran bebas? Bukannya dia dulu adalah seorang pemberontak yang berusaha ingin mengacaukan negara?”
Seiring berjalannya waktu, apalagi ketika itu saya masih SMA yang tentu memiliki segudang kegiatan sekolah dan belajar, pertanyaan ini pun sirna tanpa pernah sedikitpun saya berniat untuk mencari jawabannya.
Satu bulan setelahnya (di tahun yang sama) saya kembali melihat beliau dalam iklan. Kali ini seputar PILPRES. Kala itu beliau berpasangan dengan Ibu Megawati. Lagi-lagi pertanyaan itu muncul kembali seolah ingin me-refresh kembali memori. “Nah, kok muncul lagi si pemberontak ini. Sekarang malah di gandeng Megawati buat pilpres pula. Kok Megawati mau ya menggandeng orang yang bermasalah ini. Kenapa?”
Dan lagi-lagi pertanyaan itupun menghilang dengan sendirinya karena saya tidak terlalu antusias dengan pemilihan presiden. Saya apatis terhadap pertanyaan yang sebetulnya menggelitik itu.
5 tahun kemudian beliau muncul kembali di layar televisi untuk maju dalam pilpres 2014. Seperti pada peristiwa dua kali sebelumnya, pertanyaan ini muncul kembali dalam benak. Tapi kali ini saya tertantang untuk mencari jawabannya. Apalagi pilpres sekarang hanya diikuti oleh dua kandidat.
Saya sangat penasaran dengan jawaban atas pertanyaan yang sebetulnya sederhana itu. Akhirnya saya pun mulai mencari data-data dan fakta yang sebenarnya tentang beliau.
Mengenai Prabowo
Pertama kali saya tahu Prabowo itu ketika beliau muncul di iklan Partai Gerindra untuk kebutuhan promosi 5 tahun silam. Tepatnya di bulan April tahun 2009. Kesan pertamaku terhadap beliau bisa dikatakan cukup negative. Kenapa? Karena saya pernah menemukan nama beliau sebagai dalang kerusuhan 98 dan penculik aktivis dalam sebuah surat kabar. Terbayang dalam benak betapa kejam dan jahatnya beliau. Tapi dibalik pemikiran tersebut, terselip sebuah pertanyaan besar dalam otak, “Mengapa orang ini masih bisa berkeliaran bebas? Bukannya dia dulu adalah seorang pemberontak yang berusaha ingin mengacaukan negara?”
Seiring berjalannya waktu, apalagi ketika itu saya masih SMA yang tentu memiliki segudang kegiatan sekolah dan belajar, pertanyaan ini pun sirna tanpa pernah sedikitpun saya berniat untuk mencari jawabannya.
Satu bulan setelahnya (di tahun yang sama) saya kembali melihat beliau dalam iklan. Kali ini seputar PILPRES. Kala itu beliau berpasangan dengan Ibu Megawati. Lagi-lagi pertanyaan itu muncul kembali seolah ingin me-refresh kembali memori. “Nah, kok muncul lagi si pemberontak ini. Sekarang malah di gandeng Megawati buat pilpres pula. Kok Megawati mau ya menggandeng orang yang bermasalah ini. Kenapa?”
Dan lagi-lagi pertanyaan itupun menghilang dengan sendirinya karena saya tidak terlalu antusias dengan pemilihan presiden. Saya apatis terhadap pertanyaan yang sebetulnya menggelitik itu.
5 tahun kemudian beliau muncul kembali di layar televisi untuk maju dalam pilpres 2014. Seperti pada peristiwa dua kali sebelumnya, pertanyaan ini muncul kembali dalam benak. Tapi kali ini saya tertantang untuk mencari jawabannya. Apalagi pilpres sekarang hanya diikuti oleh dua kandidat.
Saya sangat penasaran dengan jawaban atas pertanyaan yang sebetulnya sederhana itu. Akhirnya saya pun mulai mencari data-data dan fakta yang sebenarnya tentang beliau.
Betapa terkejutnya saya, ketika menemukan jawaban
dari beberapa artikel yang saya baca, bahwa beliau BUKANLAH DALANG KERUSUHAN DAN PENCULIK AKTIVIS seperti yang surat
kabar itu tuliskan. Beliau hanyalah KAMBING
HITAM atas kebejatan moral para Jenderal atasan beliau yang haus akan
jabatan dan kekuasaan. Ya Allah.. Benarkah? Seorang manusia yang saya pandang KEJAM itu sebenarnya dia adalah hamba-Mu
yang sedang di dzolimi. Air mata pun mengalir membaca cerita yang di tuliskan
tentang kebenaran beliau. Berawal dari sinilah akhirnya saya simpati terhadap
sosok beliau. Dalam hati saya berkata, “Terima kasih ya Allah atas akal sehat
yang Kau berikan untukku. Karena berawal dari akal sehat itulah muncul sebuah
pertanyaan logika sederhana yang mendorongku untuk mencari jawabannya. Dan
berkat akal sehat yang Kau berikan aku mampu mencari kebenaran itu.”
Memutuskan
Untuk Memilih
Saya sudah menemukan jawaban atas pertanyaan yang
selama ini meggelayut dalam pikiran. Pertanyaan yang nyaris selalu terpojokkan
oleh keadaan yang membuat saya melupakannya. Saya anggap masalah yang satu ini
BERES. Sekarang giliran waktunya untuk menentukan pilihan. Sebagai warga negara
yang baik, saya ingin bijak dalam menentukan pilihan. Rasa simpati saya pada
Prabowo tidak serta merta menjadikan saya langsung memilih beliau. Saya ingin
menjadi manusia yang adil, dan untuk mewujudkannya saya harus kembali mengenal
lebih dalam kedua capres. Saya tidak boleh hanya menilai kelebihan satu capres
saja. Ada 5 tahapan yang saya jadikan acuan dalam menentukan pilihan ini.
1. Saya harus mengetahui kelebihan dan kekurangan kedua capres.
2. Saya juga harus mempertimbangkan manfaat dan mudharat dari keduanya.
3. Saya harus melihat kepribadian dan rekam jejak keduanya.
4. Melihat visi dan misi keduanya, dan melihat performa mereka dalam debat.
5. Barulah yang terakhir saya meminta pertolongan Allah untuk memberikan petunjuk siapakah yang terbaik yang harus saya pilih.
Saya akui, sangat sulit untuk menentukan pilihan itu. Apalagi saat ini suhu politik menjelang pilpres sedang memanas. Banyaknya kampanye negative dan kampanye hitam dari dan untuk keduanya menambah keruh pikiran. Saya semakin sulit untuk menentukan siapa yang benar dan siapa yang salah. Setelah melakukan 4 tahapan diatas, tibalah pada tahapan terakhir untuk memantapkan hati dalam memilih yaitu shalat istikharah.
Istikaharah pertama tidak membuahkan hasil, tak ada petunjuk apapun yang Allah berikan. Lalu esoknya saya coba lagi. Sambil terus menggali informasi dan berusaha menyortir berita dengan akal sehat. Karena sekarang ini media pun sudah tidak netral dan ini semakin menyulitkan saya untuk memilih. Istikharah kedua pun, NIHIL. Tanpa putus asa, esoknya saya coba lagi. Saya tidak boleh GOLPUT. TIDAK! Sebagai warga negara yang baik saya harus turut memberikan hak suara saya. Istikharah ketiga saya mulai mendapatkan pencerahan. Kekuatan hati saya cenderung terhadap Pak Prabowo. Bukankah Allah memberikan jawaban atas Istikharah kita melalui dua cara? Yang pertama, bisa melalui mimpi dan yang kedua melalui keyakinan hati. Tapi saya merasa belum puas, maka saya coba lagi untuk istikharah yang keempat. Alhamdulillah di istikharah yang terakhir ini Allah memberikan jawabannya kepada saya dalam bentuk mimpi. Dalam mimpi, saya melihat burung garuda yang terbang dengan gagahnya di langit. Bukankah burung garuda itu identik dengan Prabowo? Lambang partainya kepala garuda, dan lambang yang sekarang digunakan untuk pilpres pun garuda merah. Alhamdulillah, setelah melakukan pengenalan yang mendalam tentang kepribadian dan rekam jejak keduanya, mengetahui kelebihan dan kekurangannya, mempertimbangkan manfaat dan mudharatnya, melihat visi misi dan penampilan mereka dalam debat, lalu yang terakhir melakukan istikharah, saya pun MANTAP MEMILIH PRABOWO – HATTA 9 Juli nanti.
1. Saya harus mengetahui kelebihan dan kekurangan kedua capres.
2. Saya juga harus mempertimbangkan manfaat dan mudharat dari keduanya.
3. Saya harus melihat kepribadian dan rekam jejak keduanya.
4. Melihat visi dan misi keduanya, dan melihat performa mereka dalam debat.
5. Barulah yang terakhir saya meminta pertolongan Allah untuk memberikan petunjuk siapakah yang terbaik yang harus saya pilih.
Saya akui, sangat sulit untuk menentukan pilihan itu. Apalagi saat ini suhu politik menjelang pilpres sedang memanas. Banyaknya kampanye negative dan kampanye hitam dari dan untuk keduanya menambah keruh pikiran. Saya semakin sulit untuk menentukan siapa yang benar dan siapa yang salah. Setelah melakukan 4 tahapan diatas, tibalah pada tahapan terakhir untuk memantapkan hati dalam memilih yaitu shalat istikharah.
Istikaharah pertama tidak membuahkan hasil, tak ada petunjuk apapun yang Allah berikan. Lalu esoknya saya coba lagi. Sambil terus menggali informasi dan berusaha menyortir berita dengan akal sehat. Karena sekarang ini media pun sudah tidak netral dan ini semakin menyulitkan saya untuk memilih. Istikharah kedua pun, NIHIL. Tanpa putus asa, esoknya saya coba lagi. Saya tidak boleh GOLPUT. TIDAK! Sebagai warga negara yang baik saya harus turut memberikan hak suara saya. Istikharah ketiga saya mulai mendapatkan pencerahan. Kekuatan hati saya cenderung terhadap Pak Prabowo. Bukankah Allah memberikan jawaban atas Istikharah kita melalui dua cara? Yang pertama, bisa melalui mimpi dan yang kedua melalui keyakinan hati. Tapi saya merasa belum puas, maka saya coba lagi untuk istikharah yang keempat. Alhamdulillah di istikharah yang terakhir ini Allah memberikan jawabannya kepada saya dalam bentuk mimpi. Dalam mimpi, saya melihat burung garuda yang terbang dengan gagahnya di langit. Bukankah burung garuda itu identik dengan Prabowo? Lambang partainya kepala garuda, dan lambang yang sekarang digunakan untuk pilpres pun garuda merah. Alhamdulillah, setelah melakukan pengenalan yang mendalam tentang kepribadian dan rekam jejak keduanya, mengetahui kelebihan dan kekurangannya, mempertimbangkan manfaat dan mudharatnya, melihat visi misi dan penampilan mereka dalam debat, lalu yang terakhir melakukan istikharah, saya pun MANTAP MEMILIH PRABOWO – HATTA 9 Juli nanti.
Pasca
Pemantapan Pilihan
Setelah memantapkan pilihan, saya mulai memberanikan diri untuk memberitahukan pada yang lain. Orang pertama yang saya beri tahu adalah suami. Alhamdulillah ternyata suami pun satu suara, jadi tak perlu berbicara panjang lebar untuk menjelaskan alasan mengapa saya memilih beliau.
Lalu orang kedua yang saya beritahu adalah orang tua. Alhamdulillah, walau harus menjelaskan panjang lebar mereka mampu menangkap apa yang saya jelaskan. Mereka pun mendukung keputusan saya yang lain daripada yang lain. Mengapa saya berkata demikian? Karena hanya saya dan suami yang mungkin berbeda jalur dalam hal pilihan capres, karena seluruh keluarga besar saya memilih nomor 2. Entah karena mereka mungkin lebih cocok kepada nomor dua atau karena ada rasa “tidak enak” terhadap saudara kami (adik sepupu nenekku) yang berhasil menjadi anggota legislatif dan duduk di kursi DPRD dari fraksi PDIP.
Setelah memantapkan pilihan, saya mulai memberanikan diri untuk memberitahukan pada yang lain. Orang pertama yang saya beri tahu adalah suami. Alhamdulillah ternyata suami pun satu suara, jadi tak perlu berbicara panjang lebar untuk menjelaskan alasan mengapa saya memilih beliau.
Lalu orang kedua yang saya beritahu adalah orang tua. Alhamdulillah, walau harus menjelaskan panjang lebar mereka mampu menangkap apa yang saya jelaskan. Mereka pun mendukung keputusan saya yang lain daripada yang lain. Mengapa saya berkata demikian? Karena hanya saya dan suami yang mungkin berbeda jalur dalam hal pilihan capres, karena seluruh keluarga besar saya memilih nomor 2. Entah karena mereka mungkin lebih cocok kepada nomor dua atau karena ada rasa “tidak enak” terhadap saudara kami (adik sepupu nenekku) yang berhasil menjadi anggota legislatif dan duduk di kursi DPRD dari fraksi PDIP.
Ketika saya mengatakan bahwa saya akan memilih nomor
1, mereka bertanya “kenapa?” . Kakekku bahkan bilang, “Ah, ngga mau saya pilih
Prabowo. Kejam dia orangnya.” Astaghfirullah sabar-sabar, tidak boleh emosi
dalam menjelaskan alasan. Saya mencoba untuk menjelaskan sebijak mungkin,
sesuai dengan yang saya baca, yang saya ketahui dari informasi yang saya
dapatkan dari internet, tidak ditambahkan dan tidak di kurangi. Saya menjelaskan dengan panjang lebar tentang
kebenaran yang sebenarnya. Tapi sayang semua itu NIHIL. Mereka tak merespon
sama sekali.
Bahkan pernah suatu kali saya hampir bertengkar dengan sepupu karena perbedaan pilihan ini. Saat itu, saya hanya ingin menekankan padanya untuk memilih secara bijak. Jangan selalu mengedepankan sisi emosional. “Pokoknya no 2, Pokoknya ini, Pokoknya itu.”
Saya juga tidak memaksanya untuk memilih capres pilihan saya. Sama sekali tidak. Saya hanya ingin dia bijak dalam memilih. Cobalah cari kelebihan dan kekurangan keduanya, jangan hanya mengetahui kelebihan yang satu saja. Rasanya tidak bijak jika kita memilih seperti itu. Tapi yaa sudahlah, lagi-lagi ocehan saya tidak berguna sama sekali. Tidak apa apa, saya tetap yakin kebenaran akan terungkap seiring berjalannya waktu seperti kata pepatah, “KEBENARAN MUNGKIN BISA SAJA KALAH. TAPI KEBENARAN TIDAK AKAN PERNAH SALAH.”
Bahkan pernah suatu kali saya hampir bertengkar dengan sepupu karena perbedaan pilihan ini. Saat itu, saya hanya ingin menekankan padanya untuk memilih secara bijak. Jangan selalu mengedepankan sisi emosional. “Pokoknya no 2, Pokoknya ini, Pokoknya itu.”
Saya juga tidak memaksanya untuk memilih capres pilihan saya. Sama sekali tidak. Saya hanya ingin dia bijak dalam memilih. Cobalah cari kelebihan dan kekurangan keduanya, jangan hanya mengetahui kelebihan yang satu saja. Rasanya tidak bijak jika kita memilih seperti itu. Tapi yaa sudahlah, lagi-lagi ocehan saya tidak berguna sama sekali. Tidak apa apa, saya tetap yakin kebenaran akan terungkap seiring berjalannya waktu seperti kata pepatah, “KEBENARAN MUNGKIN BISA SAJA KALAH. TAPI KEBENARAN TIDAK AKAN PERNAH SALAH.”
Secuil
Aspirasi untuk Calon Presidenku, Prabowo Subianto
Yang terhormat Bapak Prabowo Subianto
Jika kelak Bapak terpilih menjadi Presiden (dan saya doakan agar bapak terpilih,) saya hanya memohon 3 hal.
Pertama, Perkuat pertahanan negeri kita terutama untuk wilayah-wilayah perbatasan. Saya tidak ingin lagi mendengar ada pencaplokan wilayah atau tapal batas, saya tidak ingin lagi mendengar negara lain mengklaim kebudayaan kita. Saya tidak ingin lagi mendengar hal itu Pak. Maka dari itu, saya memohon kepada Bapak untuk menguatkan kembali pertahanan dan keamanan negara kita. Bapak tentu memiliki cara sendiri untuk mengatasinya, melihat bahwa latar belakang Bapak pun dari militer.
Kedua, sejahterakan rakyat. seperti yang Bapak selalu bilang bahwa Bapak ingin, “Wong cilik iso gemuyu.” Tunaikanlah janji itu Pak. Sebagai rakyat kecil, saya merasakan bagaimana sulitnya hidup dalam himpitan ekonomi. Paman saya pun sampai harus pergi ke Kalimantan hanya untuk sesuap nasi dan menghidupi anak istrinya. Saat disana paman saya juga bercerita bagaimana mudahnya akses menuju negara tetangga dibanding menuju pusat kota untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Alhasil mereka lebih banyak memakan atau memakai barang-barang produksi negara tetangga karena harga yang lebih murah. Entah kenapa saya merasa sedih mendengarnya. Ini membuktikan pendistribusian barang ke tempat-tempat atau wilayah-wilayah perbatasan tidak sampai atau tidak merata. Mudah-mudahan jika Bapak jadi presiden hal ini dapat diatasi. Bagi saya pribadi, pemimpin yang merakyat bukanlah dia yang selalu blusukan. Tapi pemimpin yang merakyat adalah dia yang mampu mengambil kebijakan-kebijakan yang lebih menguntungkan rakyat. Karena presiden itu adalah pemikir, pengambil keputusan, penentu kebijakan bukan eksekutor.
Yang terhormat Bapak Prabowo Subianto
Jika kelak Bapak terpilih menjadi Presiden (dan saya doakan agar bapak terpilih,) saya hanya memohon 3 hal.
Pertama, Perkuat pertahanan negeri kita terutama untuk wilayah-wilayah perbatasan. Saya tidak ingin lagi mendengar ada pencaplokan wilayah atau tapal batas, saya tidak ingin lagi mendengar negara lain mengklaim kebudayaan kita. Saya tidak ingin lagi mendengar hal itu Pak. Maka dari itu, saya memohon kepada Bapak untuk menguatkan kembali pertahanan dan keamanan negara kita. Bapak tentu memiliki cara sendiri untuk mengatasinya, melihat bahwa latar belakang Bapak pun dari militer.
Kedua, sejahterakan rakyat. seperti yang Bapak selalu bilang bahwa Bapak ingin, “Wong cilik iso gemuyu.” Tunaikanlah janji itu Pak. Sebagai rakyat kecil, saya merasakan bagaimana sulitnya hidup dalam himpitan ekonomi. Paman saya pun sampai harus pergi ke Kalimantan hanya untuk sesuap nasi dan menghidupi anak istrinya. Saat disana paman saya juga bercerita bagaimana mudahnya akses menuju negara tetangga dibanding menuju pusat kota untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Alhasil mereka lebih banyak memakan atau memakai barang-barang produksi negara tetangga karena harga yang lebih murah. Entah kenapa saya merasa sedih mendengarnya. Ini membuktikan pendistribusian barang ke tempat-tempat atau wilayah-wilayah perbatasan tidak sampai atau tidak merata. Mudah-mudahan jika Bapak jadi presiden hal ini dapat diatasi. Bagi saya pribadi, pemimpin yang merakyat bukanlah dia yang selalu blusukan. Tapi pemimpin yang merakyat adalah dia yang mampu mengambil kebijakan-kebijakan yang lebih menguntungkan rakyat. Karena presiden itu adalah pemikir, pengambil keputusan, penentu kebijakan bukan eksekutor.
Dan yang ketiga, jika Bapak nanti terpilih jadi
presiden, jadikanlah Indonesia sebagai macan asia lagi Pak seperti yang Bapak
selalu bilang. Jadikan Indonesia negara yang berdiri di kaki sendiri, negara
yang disegani, di hormati , di perhitungkan dan dipandang sama dengan negara
lain. Dengan jumlah penduduk yang besar, kebudayaan yang bermacam, sumber daya
alam yang melimpah dan dipimpin oleh pemimpin bertangan besi dan tegas seperti
Bapak, bukan tidak mungkin Indonesia memang betul-betul akan bangkit. Saya tak
sabar menunggu hari dimana para rakyat kecil mampu tersenyum karena kenyang. Menunggu hari
dimana bangsa lain memandang segan terhadap negeri kita ini. Wujudkan hal itu
Pak. Saya menaruh kepercayaan besar terhadap Bapak. Saya yakin Bapak mampu membawa
Indonesia menjadi BANGSA YANG BESAR.
#PrabowoHatta #SelamatkanIndonesia #IndonesiaSatu
very good article, Obat Herbal ISPA
ReplyDeleteThanks for information, nice post ! by Obat Herbal Tulang Keropos Ampuh
ReplyDeletenice post
ReplyDeletepengobatan amandel secara alami tanpa harus melakukan operasi by Obat Herbal Amandel Kronis
pengobatan penyakit mata atau glaukoma secara alami 100% aman tanpa efek samping.. Obat Herbal Glaukoma
ReplyDeletecara mengatasi penyakit disentri secara alami tanpa efek samping.. Obat Herbal Disentri
ReplyDeletebagus sekali.. ditunggu postingan selanjutnya ..:-)
ReplyDeleteObat Herbal Kanker Kandung Kemih
Obat Herbal Fistula Ani
Obat Herbal Varises
GLOW Enhanz
Obat Herbal Kanker Usus Halus
Obat Herbal Sipilis
Obat Herbal Alzheimer
Obat Herbal Epilepsi
Obat Herbal Pasca Stroke Berat
Obat Herbal Kanker Hati
Obat Herbal Kanker Pankreas
menarik sekali tulisanya.
ReplyDeleteroyal canin hair and skin