Thursday, May 2, 2013

KEUTAMAAN SAYYIDUL ISTIGHFAR


“ Ya Allah Engkau adalah Tuhanku, Tidak ada sesembahan yang haq kecuali Engkau, Engkau yang menciptakanku sedang aku adalah hamba-Mu dan aku diatas ikatan janji-Mu (Yaitu selalu menjalankan perjanjian-Mu untuk beriman dan ikhlas dalam menjalankan amal ketaatan kepada-Mu) dengan semampuku, aku berlindung kepada-Mu dari segala kejahatan yang telah aku perbuat, aku mengakui-Mu atas nikmat-Mu terhadap diriku dan aku mengakui dosaku pada-Mu, maka ampunilah aku, sesungguhnya tiada yang boleh mengampuni segala dosa kecuali Engkau.”

Kapan membacanya ?

“Barangsiapa mengucapkannya di siang hari dalam keadaan yakin dengannya kemudian dia meti pada hari itu sebelum petang hari, maka dia termasuk penduduk syurga dan siapa yang mengucapkannya di waktu malam hari dalam keadaan dia yakin dengannya, kemudian dia mati sebelum subuh maka dia termasuk penduduk syurga.”
                                                                   (H.R. Al-Bukhari – Fathul Baari 11/97)

Kandungan Maknanya ?

Ini adalah doa agung yang mencakup banyak makna : taubat, merendahkan diri kepada Allah Tabaraka Wa Ta’ala dan kembali kepada-Nya Nabi SAW menamainya sebagai sayyidul istighfar (penghulu istighfar) yang demikian itu karena melebihi seluruh bentuk istighfar dalam hal keutamaannya. Dan lebih tinggi dalam hal kedudukan. Diantara makna sayyid adalah orang yang melebihi kaumnya dalam hal kebaikan dan yang berkedudukan tinggi di kalangan mereka.

Keutamaan doa ini dibanding bentuk istighfar yang lain adalah :
Ø  Nabi Shallallahu ‘ Alaihi Wassalam mengawalinya dengan pujian kepada Allah dan pengakuan bahwa dirinya adalah hamba Allah sebagai makhluk ciptaan-Nya (Penatapan Tauhid Ar-Rububiyah), Dan bahwa Allah adalah Al ‘ Ma’buud (sesembahan) yang haq dan tidak ada sesembahan yang haq selain-Nya. Maka Dia adalah satu-satunya yang berhak diibadahi dan ini merupakan realisasi Tauhid Al-Uluhiyyah.

Ø  Pernyataanya bahwa ia senantiasa tegak di atas janji dan kokoh di atas ikatan berupa iman kepada Allah, kitab-kitab-Nya, seluruh nabi dan Rasul-Nya. Menjalankan segenap ketaatan kepada Allah dan perintah-Nya. Ia akan menjalani sesuai kemampuan dan kesanggupannya.

Ø  Kemudian dia berlindung kepada Allah Subhanahu Wa Ta’Ala dari seluruh kejelekan apa yang telah dia perbuat, baik sikap kurang dalam menjalani apa yang Allah wajibkan baginya yaitu mensyukuri nikmat-Nya ataupun berupa perbuatan dosa. Dalam hal ini Rasulullah SAW menisbatkan keburukan kepada diri beliau sendiri, bukan kepada Allah Ta’Ala dan ini merupakan bentuk cara beradab kepada Allah, meskipun kita yakin bahwa segala sesuatu baik yang baik maupun yang buruk semuanya berasal dari Allah dan karena takdir-Nya.

Ø  Kemudian ia mengakui akan nikmat Allah yang terus datang beruntun dan anugerah-Nya serata pemberian-Nya yang tiada pernah berhenti.

Ø  Dan dia menngakui atas dosa-dosanya, sehingga ia pun lantas memohon ampunan kepada Allah SWT dari itu semua dengan segenap pengakuannya bahwa tidak ada yang bisa mengampuni segala dosa kecuali Allah SWT.

 Ini adalah paling sempurna apa yang ada pada sebuah doa. Karena itu ia menjadi seaagung-agungnya bentuk istighfar dan yang paling utama dan paling luas kandungan maknanya yang mesti akan mendatangkan ampunan bagi dosa-dosa.

 Hanyalah yang mengucapkan doa ini dan menjaganya yang akan memperoleh janji yang mulia dan pahala serta ganjaran besar ini, karena ia telah membuka harinya dan menutupnya dengan penutupan Tauhidullah baik Rububiyah-Nya dan Uluhiyyah-Nya. Dan pengakuan dirinya sebagai hamba yang siap menghamba dan persaksiannya terhadap anugerah dan nikmat Allah. Pengakuannya dan kesadarannya akan kekurangan-kekurangan dirinya dan permohonan maaf dan ampunan dari Dzat yang Maha Pengampun, diiringi dengan rasa tunduk dan rendah di hadapan-Nya untuk senantiasa patuh dan taat kepada-Nya. Ini semua merupakan cakupan makna yang utama dan sifat yang mulia yang ia buka dan tutup lembaran siangnya. Yang pantas bagi orang yang mengucapkan dan menjaganya mendapat maaf dan ampunan. Terbebas dari neraka dan masuk surga.
Wallahualam Bishowab

Kita memohon kepada Allah Yang Maha Mulia keutamaan dan anugerah-Nya.

Allahumma Anta Robbi, Laa Ilaaha Illa Anta, Kholaqtani wa ana abduka, Wa ana ‘ alaa’ ahdika wa wa’dika mastatho’tu, Audzubika min syarri maa shona’tu, Abu’u laka bi ni’matika ‘ alayya wa abu’u laka bidzanbi faghfirlii fainnahu laa yaghfiru dzunuuba illa Anta

(Lihat kitab Fiqhul Ad’iyyah wal adzkar 11/17-20. As syaikh Abdur Rozaq bin abdil Muhsin Al Badr)

1 comment: